Didalam Usus besar kita sering terjadi kesalahan pencernaan...Usus besar layaknya tong sampah yang menampung sisa-sisa makanan untuk dihancurkan.
Caranya, dengan proses pembusukan, kemudian dipadatkan untuk selanjutnya dibuang keluar berupa kotoran. Menurut ahli colon cleansing, dr Sukarliono, saat ini pola makan keluarga Indonesia cenderung kurang baik.
Alhasil, ini menimbulkan gangguan keseimbangan flora di dalam usus yang akhirnya melemahkan sistem kekebalan tubuh. Pada usus terdapat bakteri jahat (patogen) dan bakteri baik.
Contoh bakteri jahat misalnya, clostridium botulinumdan ecoli, sedangkan contoh bakteri baik, yaitu lactobacillus acidophilus dan lactobacillus casei yang melindungi usus halus dari serangan bakteri jahat, serta bifidobacterium yang melindungi usus besar dari serangan bakteri jahat dan berfungsi membantu gerak peritalik usus yang mengatur frekuensi buang air besar (BAB) secara teratur.
"Jika bakteri jahat jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan bakteri baik, maka bisa timbul berbagai gangguan mulai yang ringan sampai gejala infeksi yang berat," sebut Arli sapaan akrab dr Sukarlino.
Lebih lanjut dijelaskan dia saat acara Fun Walk For Children yang diadakan salah satu produsen minuman multi-probiotik ABC, Vitacharm beberapa waktu lalu, gangguan bisa terjadi apabila jumlah bakteri jahat lebih banyak daripada bakteri baik. Antara lain, perut kembung, seriawan, sembelit, diare, sakit di ulu hati, hingga infeksi jamur candida, yang lama- kelamaan bisa terjadi radang usus kronik.
Karena itu, untuk memeroleh pertahanan lengkap untuk usus besar, kita perlu mengonsumsi minuman multiprobiotik dengan kandungan bifido defensia yang memang berperan di usus besar.
Dokter yang praktik di Kelapa Gading Permai Jakarta ini mengatakan, selain itu terdapat upaya pembersihan toksin dalam pembuluh darah bisa dilakukan dengan melakukan terapi cuci usus (colon therapy).
"Colon cleansing bisa digunakan untuk menyembuhkan penderita yang mengalami gangguan pencernaan dan mereka yang ingin langsing," papar dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga angkatan 1987 ini.
Menurut dia, kesehatan tubuh berawal dari usus besar (colon) yang sehat. Pola makan dan pola hidup yang tidak sehat akan menyisakan kerak yang menempel di dinding usus besar. Jika kerak dalam usus tidak dibersihkan, maka akan terjadi pembusukan.
"Rahasia sehat itu berawal dari pencernaan. Pembusukan akibat makanan dalam tubuh membuat bakteri yang jahat berkembang," ujarnya.
Dampak dari pembusukan itu bukan hanya menimbulkan infeksi seperti diare, juga bisa menimbulkan silent toxin (racun/toksin yang tersembunyi atau tidak nampak) yang diproduksi oleh bakteri jahat.
"Terjadi banyak keluhan bila seseorang mengalami silent toxin, misalnya saja mudah lelah, masuk angin. Dan itu bisa juga disebabkan karena fungsi livernya terganggu," ujar dokter yang mengikuti kursus colon cleansing di Malaysia ini.
Arli menuturkan, kerak yang menempel di usus besar tidak bisa hilang hanya dengan minum obat pencahar atau pembersihan melalui oral. Dengan demikian, penggunaan terapi cuci usus bisa digunakan untuk membersihkan kerak di dalam usus besar.
"Terapi ini menggunakan media air dan selang kecil yang dimasukkan ke dalam lubang dubur pasien. Air tersebut akan membasahi berulang-ulang sehingga kerak yang menempel akan rontok," tuturnya.
Terapi ini membutuhkan waktu untuk sekali terapi antara 20?30 menit dan dilakukan selama 7 hari berturut-turut. Dengan frekuensi, sehari dua kali terapi berjeda waktu minimal enam jam.
"Pola hidup sehat juga sangatlah penting. Karena itu sangatlah disarankan untuk selalu mengonsumsi sayur-mayur dan buah-buahan minimal 500 gr (0,5 kg) per hari, mengurangi konsumsi daging, dan karbohidrat (nasi putih) ,berolahraga setiap hari, dan rutin mengonsumsi multiprobiotik setiap hari," papar Sukarliono yang juga menggunakan multiprobiotik dalam terapi colon cleansing terhadap pasiennya.
Hal senada disampaikan Guru Besar Ilmu Pangan dan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof dr Ali Khomsan Ms, bahwa sebanyak apa pun makanan yang diserap oleh tubuh kita yang kemudian akan dicerna harus diperhatikan kandungan gizinya. (sindo//nsa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen duNkZZZ